Jumat, 13 Juli 2012

Sinopsis Rooftop Prince Episode 6





Sinopsis Rooftop Prince Episode 6

Park Ha berjalan pulang bersama Yi Gak ke rumah loteng dengan perasaan lega dan malu-malu. Namun perasaan itu bertambah dengan terkesima saat melihat ketiga teman serumahnya telah menunggunya dengan potongan rambut yang baru.

Sinopsis Rooftop Prince episode 6

Dan rambut Chi San langsung kayak bule! Hmm.. mungkin motto mereka : sudah kepalang basah, mencebur saja sekalian.

Sinopsis Rooftop Prince Episode 6

Kekagetan Park Ha bertambah saat melihat rumah lamanya sedang direnovasi. Dengan separuh bangga, Yi Gak memperlihatkan baliho pantai yang diangkat ke atas rumah loteng.


Nenek mampir untuk melihat-lihat rumah yang nantinya akan ditempati oleh Tae Young. Ia datang bersama Se Na yang sama sekali tak senang melihat kehadiran Park Ha. Nenek berterima kasih karena Park Ha mau menampung cucunya selama ini. Ia juga bertanya tentang keberadaan keluarga Park Ha yang lain.


Park Ha mencuri pandang pada Se Na sebelum menjelaskan kalau ia hanya memiliki seorang ibu. Namun karena keduanya sama-sama bekerja, maka mereka tinggal di rumah yang berbeda. Nenek kelihatan puas dengan jawaban Park Ha.

Ia memberikan amplop dan menyuruh Park Ha menggunakannya untuk melengkapi  isi rumah lotengnya nanti. Pada Yi Gak, Nenek menyuruhnya untuk menepati janjinya, yaitu berangkat ke kantor besok pagi.


Park Ha menemui Se Na di restoran. Baru saja ia duduk dan ingin mengucapkan maaf, segelas air tersiram ke wajahnya. Se Na marah sekali pada Park Ha yang tak menepati janjinya.


Sia-sia Park Ha mencoba meminta maaf padanya karena Se Na tak mau mendengar alasan apapun dari Park Ha. Ia langsung meninggalkan Park Ha.


Selama rumah direnovasi, mereka akan tinggal di mobil caravan. Ketiga pengikut Yi Gak masuk untuk pertama kalinya dan langsung mengagumi kecanggihan tempat sementara mereka. Young Sul bahkan bertepuk tangan.


Yi Gak menunjukkan kartu VIP-nya dan mengajak Park Ha untuk membeli keperluan mereka untuk ke kantor besok. Dengan khidmat, Young Sul memberikan kunci mobil caravan kepada Park Ha.

Yay! Belanja!


Sekejap mereka langsung menjadi eksekutif muda (atau Man in Black?) yang keren dan mempesona setiap gadis yang melihat mereka. Dan mereka pun sadar akan kekerenan mereka (siapa juga yang tidak?). Mereka berjalan penuh gaya, dipimpin oleh Park Ha yang juga berjalan tak kalah gaya.

*Jujur, adegan mereka berjalan dengan memakai baju MiB sangat jawdropping. Priceless..*


Tante menemui penjaga anjing lagi, Taek Soo. Sepertinya ia adalah pacar Tante dan mereka melakukan hubungan itu secara backstreet. Untuk kesekian kalinya Tante menyuruh Taek Soo untuk meminta Nenek untuk menerimanya bekerja kembali di perusahaan.


Dengan kalem Taek Soo menolak permintaan Tante. Ia telah membuat perusahaan rugi besar, maka ia mengerti di mana posisinya sekarang. Tante kesal mendengar jawaban itu, karena posisinya sekarang adalah membuat kandang anjing yang dipeliharanya.


Mendadak dari kejauhan tampak mobil ayah Tae Moo datang. Tante panik mencari tempat persembunyian. Ia tak boleh ketahuan mengunjungi Taek Soo.


Tak ada pilihan lain, kandang anjing yang Taek Soo buatlah yang menjadi tempat persembunyiannya. Taek Soo berdiri sewajar mungkin di depan kandang anjing, menunggu kedatangan ayah Tae Moo.


Ayah Tae Moo menyapa Taek Soo yang sekarang hanya menjadi satpam yang bertanggung jawab akan anjing perusahaan, setelah membuat perusahaan rugi 100 milliar won 2 tahun yang lalu.


Hampir saja Taek Soo memukul ayah Tae Moo jika ia tak mendengar lanjutan kata-kata ayah Tae Moo. Dengan nada sarkasme ayah Tae Moo mengatakan kalau nenek memanggil Taek Soo kembali. Ia melemparkan dokumen ke tanah dan menyuruh Taek Soo untuk tak berharap banyak karena perusahaan juga sedang membutuhkan satpam.


Setelah ayah Tae Moo pergi, Tante melihat ke dokumen yang dibuang. Ia senang karena kakaknya memanggil Taek Soo kembali. Taek Soo bertanya apakah ada kejadian yang luar biasa di perusahaan. Tante langsung teringat dan menceritakan kalau Tae Young yang dulu hilang telah kembali.


Ayah Tae Moo dan Tae Moo menjemput seorang wanita di bandara. Wanita itu adalah CEO Jang yang baru datang dari Hongkong. Ia telah 15 tahun tinggal di sana dan ayah Tae Moo menawarkan diri untuk mengantarnya berkeliling Seoul. Tapi CEO Jang menolaknya karena ia ingin pergi ke suatu tempat sendiri.


Ternyata tempat itu adalah pasar tempat ibu Park Ha menjual ikan dan CEO Jang ingin menemuinya. Ibu Park Ha terkejut melihatnya, tapi bukan terkejut senang.


“Kakak, lama tak bertemu denganmu. Tapi sepertinya kau masih dapat mengingatku dengan baik.”


Ibu terkejut, “Kau tak seharusnya di sini. Aku akan berpura-pura tak melihatmu. Cepat pergi!”

Tapi CEO Jang tak mau pergi, “Aku ingin menemui anakku. Aku akan membayar sebagai ganti uang lelahmu.”

Ibu bertambah marah dan berteriak mengusir CEO Jang, melemparinya dengan es batu untuk ikan. CEO Jang tak menghindari lemparan itu. Ia tetap berdiri menerima luapan kemarahan Ibu.


Setelah berbelanja, Park Ha mengajari mereka untuk memesan minuman di café. Tak perlu pusing memikirkan apa yang ingin dibeli. Cukup mengatakan ‘A-me-ri-ca-no’ atau ‘Ca-fe-La-tte’. Keempat penghuni baru abad Starbuck ini langsung menirukan dengan persis bahkan intonasinya pun juga sama persis. Park Ha puas mendengarnya.


Tapi ia tak puas dengan penampilan mereka yang masih memakai kacamata hitam di dalam ruangan, dan langsung menyuruh mereka melepaskannya. Mereka pun mematuhinya


Chi San kemudian menawarkan diri untuk membelikan mereka 3 gelas ‘A-me-ri-ca-no’ dan 2 gelas ‘Ca-fe-La-tte’.  Dengan sopan ia berkata pada Yi Gak, “Sudikah Paduka memberikan kartu kreditnya pada hamba?”


Whoa.. tunggu sebentar. Park Ha menghentikan percakapan mereka dan menjelaskan kalau di jaman ini tak mengenal kasta, hanya mengenal umur. Jika umurnya sama, memanggil –ssi, yang lebih tua menjadi hyung, dan yang lebih muda menjadi dongsaeng. Park Ha menyuruh mereka mengatakan umur masing-masing.


Man Bo mewakili yang lain untuk menjawab. Ia adalah yang paling muda, Young Sul tertua, sedangkan Yi Gak dan Chi San lahir di tahun yang sama.


Yi Gak mulai merasa tak nyaman. Apalagi saat Young Sul mengatakan usianya, 27 tahun. Park Ha langsung mengulurkan tangan pada Young Sul dan memanggilnya ‘chingu’ karena ia juga berumur 27 tahun. Ia menyatakan kalau Man Bo adalah ‘maknae’ (bungsu/terkecil), Yi Gak dan Chi San yang berumur sama juga ‘chingu’.


Sambil memandang Yi Gak, Park Ha mengatakan kalau ia dan Young Sul adalah chingu dan yang lain harus memanggilnya ‘Noona’.


LOL. 


Kata ‘Noona’ bergema dimana-mana saat  Yi Gak menatap horror pada Park Ha. Sementara dengan gembira Chi San menyetujuinya, “Okay, Noona.’


Pelajaran selanjutnya adalah bergaul saat bekerja. Yang paling penting ketika bekerja adalah kumpul-kumpul di luar kantor. Tahap pertama adalah makan  barbeque dan minum soju yang paling dasyat yaitu soju dalam bir dalam satu kali minum. Keempatnya menyerap pelajaran dari Park Ha dengan cepat.


Tahap selanjutnya, yaitu karaoke (noraebang). Yang ini membutuhkan bakat menyanyi. Jika tak bisa menyanyi, keluarkan saja bakat lain yang ada. Yang penting menarik. Park Ha mencontohkan bakat yang ia punya. Menirukan suara dan gaya orang.


Keempat muridnya hanya bisa menatap heran pada Park Ha. Park Ha bertanya, “Mirip tidak?” Mirip dengan siapa? Kayanya Park Ha salah tanya orang deh. Mereka kan kurang dari sebulan tinggal di abad TV 3D, mana mereka kenal orang yang ditiru Park Ha. Mereka menggelengkan kepalanya tanda kalau itu bukanlah sebuah bakat. Malu-maluin sih iya..


Tapi Park Ha keukeuh akan bakatnya. Ia mencoba sekali lagi. Suara serak, berat dan jelek itu keluar lagi. Keempat muridnya akhirnya memalingkan muka, malu akan gaya Park Ha.


Hehe..

Di luar, Park Ha menonton aktivitas ketiga pengikut Yi Gak yang terkagum-kagum akan kehebatan smartphone yang mereka miliki. Ia tersenyum dan menyesap minumannya. Hmm.. seperti nonton bioskop, ya..


Yi Gak berdehem dan mendatangi Park Ha. Ia mengulurkan sepasang boneka kayu yang pernah Park Ha berikan padanya dan bertanya, “Bagaimana caranya kau mengikatkan kedua boneka ini kalau seorang pria sedang ingin mendapatkan cinta?”


Alis Park Ha terangkat naik. Tapi ia tak mengatakan apapun yang ada di kepalanya saat itu dan mengajarkan caranya. Setelah Yi Gak pergi, ia tersenyum malu-malu.


Keesokan paginya, Park Ha mengantarkan keempat teman seecaravan-nya ke kantor, layaknya seorang ibu yang mengantar anaknya masuk sekolah di hari pertama.


Man Bo, Chi San dan Young Sul, semuanya melambaikan tangannya dengan riang pada Park Ha. Park Ha membalasnya. Ia pun juga melambaikan tangan pada Yi Gak. Tapi anak yang satu itu terlalu sibuk dengan pikiran pada kantor barunya, mengacuhkan Park Ha dan langsung masuk ke dalam. Park Ha hanya dapat mendelik kesal pada Yi Gak.

Heheh.. tiap anak memang punya sifat yang berbeda ya..


Mereka berjalan masuk, kali ini tanpa halangan. Namun tingkah mereka sedikit norak. Chi San yang timbul playboy-nya langsung meminta nomor telepon beberapa karyawati yang lewat.


Man Bo mencari sinyal handphone (aww.. sudah mulai jadi tech geek, ya..) dan Young Sul menatap tajam para satpam (yang sebenarnya tak salah karena toh mereka berhasil dikalahkan oleh Young Sul).


Ayah dan Tae Moo memandang kelakuan antik mereka dengan senang. Ayah menenangkan Tae Moo untuk tak khawatir, karena anak-anak baru tak akan bertahan lama. Ayah juga tak khawatir pada Taek Soo yang juga datang hari ini.


Pegawai yang juga  bawahan Tae Moo, Bang Soo Bong, menemui Yi Gak dan mempersilahkannya untuk menemui Nenek di atas. Namun ia melarang ketiga lainnya untuk mengikuti Yi Gak, karena mereka harus mengikutinya.


Ternyata ketiga calon karyawan itu diberikan map yang berisi kertas ujian. Soo Bong memperkenalkan setengah menyombongkan diri kalau ia adalah lulusan hukum dari Universitas Seoul, yang mungkin bagi kebanyakan orang adalah whoaa.. Tapi ketiganya hanya menatap kosong, sehingga Soo Bong jadi jengah sendiri.


Ia langsung memasang waktu ujian. Namun bukannya mereka langsung sigap menjawab, mereka malah membuka-buka map dan melihat soal dengan tak serius (padahal mereka bingung harus melakukan apa).

Hasilnya jelas. Semuanya mendapat nilai nol.


Hasil itu dilaporkan oleh Sena pada Nenek yang sedang memperkenalkan Yi Gak pada Taek Soo. Rencananya Taek Soo yang akan mengajari Yi Gak tentang perusahaan.


Mendengar nilai buruk itu, Yi Gak malah tersenyum. Ia berkata kalau ketiga temannya itu memiliki bakat yang sangat spesial, sehingga mereka tak dapat diuji dengan cara yang biasa. Nenek setuju untuk melihat perkembangan selanjutnya.

Yi Gak mengusulkan agar Se Na yang mengajarinya tentang perusahaan. Nenek setuju dan menyuruh Taek Soo untuk menjadi guru ketiga teman Yi Gak.


Se Na mengantarkan Yi Gak untuk melihat-lihat semua aktivitas perusahaan mereka. Secara terang-terangan Yi Gak memandangi wajah Se Na, membuat Se Na jengah. Menadak ada pekerja yang membawa tangga berbalik dan tangga yang ia bawa mengarah ke badan Se Na. Buru-buru Yi Gak menarik Se Na ke pelukannya.


Se Na berterima kasih pada Yi Gak yang dijawab, “Apakah kau tak merasa mengenalku sebelumnya?”


Se Na tertertawa mendengar Yi Gak yang kedengarangan gombal. “Gombal?” tanya Yi Gak tak mengerti. Sambil tertawa Se Na menjelaskan kalau kata-kata gombal adalah kata-kata untuk menarik perhatian gadis.


Sementara itu ketiga pekerja baru mengikuti Taek Soo ke restauran. Karena Taek Soo harus menerima telepon, ia menyuruh ketiganya untuk masuk dan memesan makanan. Chi San berpendapat kalau sekaranglah saatnya untuk menunjukkan kemampuan mereka.


Betapa kagetnya Taek Soo melihat makanan yang terhidang di atas meja. Juga soju yang terhidang di meja. Ketiganya minum soju satu gelas penuh dalam sekali tegukan.


Berikutnya mereka mengajak Taek Soo ke noraebang. Mereka tahu mereka tak bisa menyanyi, maka mereka mengeluarkan bakat yang lain. Bakat Young Sul adalah beladiri, maka dengan ia berpura-pura menunggangi kuda dan mematahkan benda dengan badannya.


Hmm.. mirip kuda lumping malah. Kenapa gak sekalian makan kaca aja, ya?


Taek Soo merasa cukup dan berteriak, “Hentikan!!”


Sontak mereka menghentikan atraksi mereka. Taek Soo memarahi mereka yang bersikap tak pantas. Jika di jaman Joseon mereka persis seperti kasim dan anak selir. Sekarang ini banyak orang yang membenci mereka karena mereka masuk ke dalam perusahaan hanya karena koneksi. Jadi jika mereka ingin membantu temannya, Tae Young, mereka harus berusaha keras.


Dan Taek Soo pun meninggalkan mereka yang tertunduk diam.


Ayah dan Tae Moo menjamu CEO Jang. Makanan penutup pun disajikan. Tak biasanya makanan penutup berupa satu kue tart coklat utuh. CEO Jang bertanya apa maksudnya.


Ayah menjelaskan kalau jika diibaratkan, perusahaan adalah kue tart itu. Sambil memotong ia menjelaskan. Separuh adalah milik nenek, separuh milik CEO Jang, dan separuhnya lagi milik ayah dan Tae Mu. Ia ingin CEO Jang menjual sahamnya pada mereka, karena mereka ingin memperoleh kekuasaan yang lebih besar.


CEO Jang bertanya apa yang akan mereka lakukan jika telah mendapat kekuasaan itu. Ayah dan Tae Moo ingin menjualnya, setelah itu masuk ke pasar yang lebih besar.


Park Ha mulai membeli barang elektronik untuk rumah loteng mereka yang baru. Yi Gak mengeluh dan bertanya kenapa ia harus ikut membeli? Park Ha mengatakan kalau ada diskon 10% khusus untuk pasangan yang baru menikah.


Maka Yi Gak pun mengulurkan lengannya agar dipegang Park Ha. Malu tapi mau, Park Ha mengulurkan tangannya dan menggandengangnya. Mereka pun berjalan bersama.


Tapi hanya sesaat, karena Park Ha melihat ada barang yang didiskon 50% dan langsung kabur ingin melihatnya.


Yi Gak melihat-lihat TV yang ada di dekatnya. Dengan kedua jarinya, ia mencoba men-zoom TV itu layaknya handphone tapi tak berhasil. Tak mau menyerah, ia menggunakan kedua tangannya untuk men-zoom in dengan harapan kali ini usahanya berhasil. Tapi tetap gagal. Menyadari kalau cara kerja TV tak seperti handphone, ia berdehem dan melirik kanan kiri melihat apa ada orang yang melihat ke’pintar’annya.

LOL.


Setelah itu, mereka menyusuri jalan dan Park Ha mengamati gelang berbandul cukup lama. Melihat hal itu, Yi Gak bertanya apakah para gadis menyukai barang seperti itu? Park Ha menjawab iya, dan Yi Gak ikut memperhatikan gelang yang sedang dilihat oleh Park Ha.


Saat makan, Park Ha mengajari Yi Gak untuk memakan spaghetti dengan garpu. Yi Gak bertanya, apa yang dilakukan pria dan wanita saat berkencan? Menurut Park Ha umumnya orang berkencan di restaurant atau café.


“Kalau kau? Apa yang ingin kau lakukan saat berkencan?” tanya Yi Gak.


“Aku ingin berkencan dengan naik sepeda tandem,” jawab Park Ha sambil tersenyum.


Dan itulah aktivitas mereka selanjutnya. Park Ha mengajari Yi Gak untuk naik sepeda. Beberapa kali Yi Gak terjatuh membuat Park Ha kesal karena Yi Gak tak kunjung pintar. Yi Gak pun menyalak balik, “Memang kau sudah pintar naik sepeda sejak lahir?”


Tapi akhirnya Yi Gak berhasil juga naik sepeda sendiri.


Sepertinya Mimi naksir pada Man Bo, deh. Karena ia menggambar sosok kartun Man Bo dan tersenyum-senyum sendiri. Dan menutupi dari Becky kalau ia menggambar Man Bo.


Ia juga membuatkan makan siang dan mengantarkannya ke kantor Man Bo. Pada Man Bo ia menyuruhnya untuk mengambil kotak makan yang paling bawah karena ada yang spesial (pakai 2 telur).


Tugas berikut untuk Man Bo Cs adalah mengingat seluruh nama pegawai perusahaan Homme Shopping. Chi San dan Young Sul berusaha keras mengingat semuanya. Tapi Man Bo malah asyik bermain-main dengan handphonenya.


Chi San dan Young Sul kesal, apakah Man Bo benar-benar bisa mengingat hanya dengan melihatnya sekali saja? Man Bo mengiyakan. Mereka pun mengujinya dan harus menelan kekesalannya karena Man Bo ternyata benar-benar dapat mengingat semuanya.


Di dalam mobil caravan, Park Ha menemukan boneka kayu di jaket Yi Gak. Dan kaki bonekanya terkait. Apakah Yi Gak sedang mengharapkan cinta? Ia memasukkan boneka itu ke dalam saku jaketnya, tapi ada sesuatu yang terjatuh.


Gelang yang dilihat oleh Park Ha tadi! Park Ha buru-buru memasukkan gelang itu kembali saat mendengar suara dari kamar mandi.


Ternyata Yi Gak baru selesai mandi dan akan berganti pakaian. Park Ha menawarkan diri untuk keluar caravan, tapi Yi Gak menahannya. “Begini lebih baik,” kata Yi Gak sambil menangkupkan kantong kertas ke kepala Park Ha.

Yi Gak melarang Park Ha untuk tak mengangkat kantong kertas itu. Park Ha mematuhinya.


Beberapa saat kemudian, kantong kertas itu terangkat dan di depan mata Park Ha muncul gelang berbandul yang tadi ia lihat, “Apakah kau mau menerimanya?”


Park Ha mengangguk dan Yi Gak tersenyum puas, karena boneka itu benar-benar mengabulkan permintaannya.


“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Yi Gak tiba-tiba, mengagetkan Park Ha.


Ha..! Ternyata tadi hanya dalam imajinasi Park Ha saja. Park Ha tersadar dari mimpinya dan menjawab ketus, “Sudah belum?”


Yi Gak yang sudah berganti baju menjawab, “Belum..”


Tapi Park Ha yang sudah kesal menunggu, langsung membuka kantong kertasnya dan terkejut. Wajah Yi Gak hanya beberapa senti dari wajahnya.


“Kau tetap membukanya walaupun aku mengatakan belum,” tuduh Yi Gak sambil menjentikkan jarinya ke kepala Park Ha. “Kau pasti punya pikiran porno, ya..”


Belum sempat Park Ha membalas, Yi Gak melanjutkan kalau ia mau makan di luar, karena di dalam caravan terlalu sempit.


Keesokan harinya, Nenek dan Taek Soo dikejutkan oleh sapaan dari ketiga pegawai baru. Mereka berhasil mengingat semua pegawai berikut jabatannya dan menyapa mereka satu persatu, membuat semua orang terkesan. Nenek tersenyum senang, begitu pula dengan Taek Soo.


Ahh… Yi Gak mempraktekkan apa yang diajarkan Park Ha untuk berkencan dengan Se Na. Ia mengajak Se Na untuk bersepeda tandem. Mulanya Se Na menolak karena ajakan Yi Gak tak berhubungan dengan pekerjaan mereka. Tapi Yi Gak berkilah kalau perusahaan mereka akan menjual sepeda tandem, ia sudah tahu produk itu karena pernah mencobanya.


Mereka akhirnya mengayuh sepeda bersama. Aih.. aih.. Se Na begitu canggung sementara Yi Gak sangat menikmati acara bersepeda ini.


Mereka beristirahat di taman dan secara terang-terangan Yi Gak menatap  Se Na yang menatap lurus ke depan. Tanpa menatap Yi Gak, Se Na meminta Yi Gak untuk tak menatap terus padanya dan segera bertanya padanya. Menurut kebiasaan di Korea, sekarang adalah waktunya bertanya-tanya tentang latar belakangnya.

Tapi menurut Yi Gak, “Kalau ingin mengagumi sekuntum bunga, kita hanya perlu melihat keindahannya tanpa perlu tahu dari mana bunga itu berasal.”

Kata-kata itu cukup membuat Se Na lega karena ia tak perlu berbohong tentang latar belakang keluarganya. Namun Yi Gak berdiri dan berkata, “Jadi begini rasanya kalau kehadiran kita tak diharapkan.”


Yi Gak pergi untuk membeli minuman dan Se Na meneruskan berjalan-jalan. Dari kejauhan Yi Gak melihat Se Na dan kembali teringat pada Putri Mahkota-nya.

Se Na menyadari kalau Yi Gak pergi terlalu lama. Ia mendapat telepon dari Yi Gak yang telah pergi terlebih dahulu. Tapi sebelum ia pergi, ia telah meletakkan minuman di tempat mereka duduk.


Dan Se Na menemukan sebotol minuman berhias gelang berbandul.


Park Ha dan ibu pergi ke rumah abu untuk mengungjungi ayahnya. Rupanya hari ini adalah peringatan kematian ayah yang kedua. Ibu menyayangkan Se Na yang tak bisa datang karena sibuk bekerja dan meminta Park Ha untuk mengerti.


Sambil menangis, ibu menyesali ayah yang meninggal sebelum melihat Park Ha yang selama ini selalu ia cari. Ia merasa bersyukur dapat menikah dengan ayah Park Ha karena ia adalah pria paling baik yang pernah ia kenal. 


Ia kemudian memberikan selembar foto dirinya, ayah dan seorang wanita yang tak terlihat wajahnya karena foto itu telah terobek di sisi wanita itu. Ibu menjelaskan kalau wanita tak berwajah itu adalah foto ibu Park Ha. Ayah tak pernah menceritakan tentang ibu Park Ha dan ayah pasti sangat membenci ibu kandung Park Ha karena ia merobek foto itu.

Ibu menceritakan kalau ibu kandung Park Ha meninggalkan ayah dan Park Ha hanya beberapa hari setelah foto itu diambill. Ayah kemudian membesarkan Park Ha sendirian. Jadi bisa dibayangkan bagaimana perasaan ayah saat Park Ha hilang waktu kecil dulu. Ibu merasa ayah mulai sakit-sakitan sejak Park Ha menghilang. Ibu pun mengajak Park Ha untuk makan tahu di restoran favorit ayah.


Ayah tergesa-gesa menemui Tae Moo untuk memberitahukan kalau CEO Jang akan pulang ke Hongkong hari ini. Ia khawatir CEO Jang menolak tawaran mereka. Ayah juga mendengar kalau sebelum pulang ke Hongkong, ia akan mampir ke suatu tempat.

Tae Moo buru-buru melacak kemana CEO Jang pergi, dan ia pun menuju ke sana.


Taek Soo mengajak Yi Gak Cs untuk makan siang. Teringat kali terakhir mereka pergi ke restoran ketiga abdi Yi Gak duduk dengan sopan dan kaku, takut mengulang kesalahan seperti yang kemarin. Taek Soo menenangkan mereka yang akan bekerja di perusahaan mulai besok.


Mendadak Soo Bong datang untuk makan siang dan ingin bergabung dengan mereka. Merasa situasinya sangat kaku dan formal, ia mengusulkan untuk bermain Yaja Time. Yaja Time adalah permainan seperti di Ojakgyo Brothers dimana setiap orang berbicara dengan non formal, tanpa paduli ia atasan atau yang lebih tua. Ia memasang waktu 3 menit di handphonenya untuk Yaja time.


Ia mencontohkan dan berkata pada Taek Soo, “Singkirkan muka jelekmu itu sekarang.”


Yi Gak dan teman-teman kaget mendengar hinaan itu, bersiap mendengar kemarahan Taek Soo. Tapi Taek Soo tak marah, malah tertawa (walau terpaksa). Mereka langsung mengerti apa yang disebut Yaja Time.


Man Bo dan Chi San langung mempraktekkan dan menghina Taek Soo yang baunya seperti anjing. Taek Soo tak marah dan mengakui kalau ia memang bergaul dengan anjing. Man Bo menimpali, “Kalau kau tahu, maka kau harus mandi.”


Yi Gak tersenyum mendengar hinaan itu. Ia menyuruh Young Sul untuk mencobanya. Tapi Young Sul tak bisa melakukannya dan memilih ke luar restoran. Tiba-tiba Chi San berkata pada Yi Gak, “Ah.. kau tersenyum!”


Yi Gak mendelik mendengar kata-kata Chi San yang tak sopan. Man Bo mencoba menghentikan Chi San “Hentikan! Nanti orang itu marah, lho.”


Yi Gak semakin mendelik mendengar kata-kata Man Bo. Apalagi Man Bo mengulurkan makanan dan menyuapkannya kepada Yi Gak (yang pastinya itu tak sopan). Man Bo dan Chi San ber-toss ria karena berhasil memainkan Yaja Time dengan baik.


Waktu 3 menit telah berakhir, Taek Soo meninggalkan meja untuk membayar makanan dan Bong Soo pun langsung pergi setelah ditabok cukup keras oleh Taek Soo. Sementara Yi Gak hanya dapat menatap keruh pada kedua abdinya.


Tiba-tiba Young Sul datang dengan membawa segelas air dan berkata, “Heh kamu! Kamu hanya beruntung terlahir dari keturunan yang mulia.”


Man Bo dan Chi San buru-buru memegangi tangan Young Sul yang memegang segelas akhir dan memberitahu kalau waktu 3 menit Yaja Time telah lewat.



Kwak kwak kwak..


Young Sul pucat pasi dan ketiganya langsung bersimpuh memohon ampun pada Pangeran Yi Gak yang duduk dengan menahan amarah. “Ampun Yang Mulia, kami berdosa. Kami pantas mati.”


Yi Gak memanggil Man Bo untuk mengambil pedang Young Sul untuknya.  Mereka memohon memelas, “Jangan, Yang Mulia.”


LOL.


Tae Moo minta tolong Se Na untuk mengejar CEO Jang yang telah diketahui keberadaannya. Ternyata CEO Jang sedang makan siang di restoran dimana Park Ha dan ibu juga kunjungi untuk mengenang ayah Park Ha.


Mulanya ibu tak melihat CEO Jang. Tapi begitu ia duduk dan mendengar sapaan CEO Jang, ia langsung berdiri dan menyuruh Park Ha untuk segera meninggalkan restoran.


Tanpa menunggu Park Ha, ia langsung pergi keluar. Park Ha melihat CEO Jang dan memberi hormat padanya sebelum mengikuti ibu.


Ibu buru-buru pergi tak melihat kalau ada mobil di belakangnya. Tak ayal, mobil itu langsung menabrak ibu sehingga ibu terpelanting jatuh.


Mobil itu milik Tae Moo dan Tae Moo shock melihatnya. Park Ha berteriak memanggil ibu, bersamaan dengan Se Na yang baru saja keluar dari mobil untuk masuk restoran.


Se Na terkejut melihat ibunya pingsan di tengah jalan. Tapi melihat ada Tae Moo di sana, ia menghentikan langkahnya. Ia teringat dustanya kalau ibunya adalah dosen di universitas Inggris dan ia dari keluarga kaya.  Buru-buru ia berbalik pergi.


Tapi Park Ha keburu melihatnya. Ia memanggil “Kakak” pada Se Na. Tapi Se Na tak menggubrisnya, dan tak menoleh. Berulang kali ia memanggil ‘Kakak’ tapi Se Na malah berlalu pergi.


Seperti déjà vu.Dan berbagai kenangan terlintas kembali di kepalanya.


Tae Moo mengantarkan ibu yang pingsan ke rumah sakit. Di dalam mobil, Park Ha yang mulai mengingat kembali, hanya dapat menahan marah saat melihat mobil Se Na yang tak mengikuti mobil Tae Moo dan malah pergi menjauh.


Untung kondisi itu tak membahayakan. Tapi ibu tetah harus beristirahat di rumah sakit. Park Ha bersyukur karena kondisi ibu baik-baik saja. Tae Moo juga merasa bersyukur dan berkata kalau ia akan bertanggung jawab untuk membantu ibu kembali pulih.


Saat sendirian, Park Ha teringat akan semua kenangan yang baru ia ingat. Ia teringat bagaimana ia ditinggalkan di dalam truk dan bagaimana kecelakaan itu terjadi.


Ia menelepon Se Na memintanya untuk segera bertemu. Se Na yang sebenarnya juga masih shock akan kecelakaan ibu langsung mengiyakan.


Park Ha menemui Se Na di kantornya. Dengan dingin Park Ha meminta Se Na membawanya ke tempat mereka bisa berbicara berdua. Se Na membawanya ke ruang siarang.


Se Na langsung bertanya bagaimana kondisi ibu sekarang. Park Ha tak menjawab, malah menyindir apakah Se Na benar-benar mengkhawatirkan kondisi ibu?


“Apakah kau manusia? Bahkan saat ibu yang melahirkanmu jatuh pingsan di hadapanmu, kau berpura-pura tak mengenalnya karena takut kebohonganmu ketahuan. Apakah itu hal yang layak dilakukan oleh seorang manusia?”


“Apa yang kau tahu sampai kau berhak mengatakan hal itu?”


“Jika kau benar-benar menginginkannya, aku akan menuruti permintaanmu. Kita tak memiliki hubungan darah, jadi kita bukanlah keluarga. Mulai sekarang kau bukan kakakku. Apa kau ingin tahu alasannya?”

Se Na tak menjawab.


“Aku diadopsi dan dibawa ke Amerika. Itu karena saat aku berusia 9 tahun, aku tak tahu di mana rumah orang tuaku. Semuanya karena aku kehilangan ingatan saat kecelakaan truk. Kecelakaan itu ada di daegu, sementara aku tinggal di Seoul. Bagaimana bisa itu terjadi? Itu karena saat truk berjalan pergi dan aku memanggil-manggil namamu, kau tak mau menoleh kepadaku. Sama seperti hari ini. Ibu tertabrak, kau malah membalikkan punggungmu pada kami. Kenapa? Apa kau takut orang lain akan melihat sifat aslimu?”


Se Na menampar Park Ha. Park Ha pun menampar Se Na. “Aku tak akan memaafkanmu,” kata Park Ha.


Se Na mencoba menampar Park Ha kembali.Tapi kali ini Park Ha tak mau menerimanya. Tangan Se Na ditahan oleh Park Ha, dan gelang Se Na terjatuh.


Gelang berbandul yang pernah ia lihat bersama Yi Gak. Gelang berbandul yang ia pikir akan Yi Gak berikan untuknya.


Park Ha menatap gelang itu dan menatap Se Na. Tapi tak ada kata yang terucap. Ia malah pergi meninggalkan Se Na.


Di luar Park Ha bertemu dengan Yi Gak yang menyambutnya dengan gembira. Apakah Park Ha datang ke kantor untuk menjemputnya?



Tapi Park Ha yang berwajah pucat pasi tak menjawab, dan akhirnya Yi Gak menyadari kalau suasana hati Park Ha sedang buruk. Park Ha meninggalkan Yi Gak.


Yi Gak yang ingin bertanya lebih lanjut pada Park Ha, namu melihat Se Na keluar dari ruang siaran, juga tak dalam kondisi yang ceria.


Yang mana yang akan ia pilih?


Komentar :


Sejak Yi Gak bertanya cara menalikan boneka ke Park Ha sampai Yi Gak menatap mata Park Ha saat di dalam caravan, saya hanya bisa bergumam : Park Ha, jangan naksir, jangan naksir Yi Gak sekarang. Karena walau hati Yi Gak mungkin sudah menoleh padamu, tapi otak Yi Gak masih berjalan menuju satu tujuan yaitu Se Na. 


Namun Park Ha ternyata memang telah jatuh hati pada Yi Gak, karena diakhir episode saya mendengar suara hatinya yang patah.


Hhhh …Heart, why are you so fragile? Please be strong..


Dan jika berbicara tentang Tae Moo, saya sangat heran pada Tae Moo. Dalam 6 episode, ia hampir membunuh 3 orang. Tae Young, Yi Gak dan ibu Park Ha.
Jika Tae Moo orang jawa, mestinya Tae Moo harus diruwat untuk buang sial.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar